Pasar Terapung
Kota
Banjarmasin merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang terletak
di salah satu pulau terbesar di Indonesia yaitu Kalimantan. Banjarmasin
yang masuk ke dalam wilayah propinsi Kalimantan Selatan ini, seperti
dikutip dari website pemerintah daerah Banjarmasin, memiliki luas
sekitar 72 km per segi atau sekitar 0,22 persen luas wilayah Kalimantan
Selatan.
Dibelah
oleh sungai Martapura memberikan ciri khas tersendiri terhadap
kehidupan masyarakatnya terutama pemanfaatan sungai sebagai sarana
transportasi air, perdagangan dan pariwisata. Banjarmasin sebagai
ibukota propinsi adalah pusat perdagangan dan pariwisata. Kota ini
mendapat julukan Kota Air karena letak daratan yang beberapa senti di
bawah permukaan air laut. Yang paling terkenal di Banjarmasin adalah
Pasar Terapung.
Kehadiran
Pasar Terapung sendiri tidak lepas dari sejarah kota Banjarmasin. Pada
tahun 1526 Sultan Suriansyah mendirikan kerajaan di tepi sungai Kuin dan
Barito yang kemudian menjadi cikal bakal kota Banjarmasin.
Di
tepian sungai ini pula pusat perdagangan tradisional mulai berkembang.
Selain pasar terapung di Muara Kuin Banjarmasin, pasar terapung lainnya
dapat kita temui di Lok Baintan yang berada di atas Sungai Martapura.
Tapi pasar apung disini tidaklah sepopuler Muara Kuin Banjarmasin
mungkin dikarenakan lokasinya yang cukup jauh dari pusat kota.
Pasar ini mulai setelah shalat Subuh sampai selepas pukul 07:00 pagi. Matahari terbit memantulkan cahaya di antara transaksi sayur-mayur dan hasil kebun dari kampung-kampung sepanjang aliran sungai Barito dan anak-anak sungainya.
Di
pasar ini, para pedagang dan pembeli melakukan aktivitas jual beli di
atas perahu tradisonal. Perahu tersebut biasa disebut dengan nama jukung. Adapula jenis kapal bermotor yang ikut meramaikan aktivitas pasar ini, yakni klotok.
Dengan
menyaksikan panoramanya, wisatawan seakan-akan sedang tamasya.
Jukung-jukung dengan sarat muatan barang dagangan sayur mayur,
buah-buahan, segala jenis ikan dan berbagai kebutuhan rumah tangga
tersedia di pasar terapung. Ketika matahari mulai muncul
berangsur-angsur pasar pun mulai menyepi, sang pedagang pun mulai
beranjak meninggalkan pasar terapung membawa hasil yang diperoleh dengan
kepuasan.
Untuk
dapat menikmati eksotisme pasar terapung ini, kita dapat menyewa sebuah
perahu motor air yang disebut Kelotok. Harga sewa dari sebuah Kelotok
bervariasi tergantung dari jumlah penumpang. Perjalanan wisata dari
pusat kota menuju pasar apung Kuin Banjarmasin memakan waktu sekitar 1
jam dengan perahu kelotok ini, sedangkan dengan angkutan darat hanya
memakan waktu sekitar 15 menit.
Dengan
menggunakan perahu kelotok kita dapat melihat budaya masyarakat Banjar
yang menjual sayur mayur, kue-kue, makanan dan minuman khas Banjarmasin,
seperti Soto Banjar pun bisa dinikmati dari atas perahu (jika tidak
menggunakan kelotok) atau bisa langsung bertransaksi dari perahu ke
perahu.
Pasar
Terapung ini adalah salah satu dari 3 pasar terapung di dunia seperti
Thailand dan Vietnam, tapi yang di Indonesia ini adalah pasar alami dan
bukan di buat-buat dan telah ada sejak jaman dulu kurang lebih 400 tahun
yang lalu.
Suasana
pasar terapung yang unik dan khas adalah berdesak-desakan antara perahu
besar dan kecil saling mencari pembeli dan penjual yang selalu
berseliweran kian kemari dan selalu oleng dimainkan gelombang sungai
Barito. Pasar terapung tidak memiliki organisasi seperti pada pasar di
daratan, sehingga tidak tercatat berapa jumlah pedagang dan pengunjung
atau pembagian pedagang bersarkan barang dagangan.
Para
pedagang wanita yang berperahu menjual hasil produksinya sendiri atau
tetangganya disebut dukuh, sedangkan tangan kedua yang membeli dari para
dukuh untuk dijual kembali disebut panyambangan. Keistemewaan pasar ini
adalah masih sering terjadi transaksi barter antar para pedagang
berperahu, yang dalam bahasa Banjar disebut bapanduk, sesuatu yang unik
dan langka.
Obyek
wisata ini sering dianggap sebagai daya tarik yang fantastik,
Banjarmasin bagaikan Venesia di Timur Dunia, karena keduanya memiliki
potensi wisata sungai. Namun kedua kota berbeda alam dan latar belakang
budayanya. Di Banjarmasin masih bisa ditemui di sepanjang sungai
rumah-rumah terapung yang disebut rumah lanting, yang selalu oleng
dimainkan gelombang.
Hilir
mudiknya aneka perahu tradisional dengan beraneka muatan merupakan
atraksi yang menarik bagi wisatawan, bahkan diharapkan dapat
dikembangkan menjadi desa wisata sehingga dapat menjadi pembentuk citra
dalam promosi kepariwisataan Kalimantan Selatan.
Masih di kawasan yang sama wisatawan dapat pula mengunjungi Masjid Sultan Suriansyah dan Komplek Makam Sultan Suriansyah, Pulau Kembang, Pulau Kaget dan Pulau Bakut. Di Kuin juga terdapat kerajinan ukiran untuk ornamen rumah Banjar.
Masih di kawasan yang sama wisatawan dapat pula mengunjungi Masjid Sultan Suriansyah dan Komplek Makam Sultan Suriansyah, Pulau Kembang, Pulau Kaget dan Pulau Bakut. Di Kuin juga terdapat kerajinan ukiran untuk ornamen rumah Banjar.
Pasar
terapung yang sudah ada lebih dari 400 tahun lalu ini merupakan sebuah
bukti aktivitas jual-beli manusia yang hidup di atas air. Seperti halnya
pasar-pasar yang ada di daratan, di pasar terapung ini juga dilakukan
transaksi jual beli barang seperti sayur-mayur, buah-buahan, segala
jenis ikan, dan berbagai kebutuhan rumah tangga lainnya. Pembelian dari
tangan pertama disebut dukuh, sedangkan tangan kedua yang membeli dari para dukuh untuk dijual kembali disebut panyambangan.
Namun
sayang, kondisi aktraktif aktivitas jual-beli di atas perahu tersebut
semakin lama semakin pudar pamornya, baik karena jumlah jumlah pedagang
yang semakin sedikit, sikap penjual yang tidak lagi cukup bersahabat,
ataupun kurangnya dukungan dari pemerintah Kota Banjarmasin.
Kebijakan
pemerintah membangun pasar di darat dekat dengan Pasar Terapung Kuin
dan pembangunan ratusan jembatan rendah yang menghalangi akses lalu
lintas sungai, baik langsung atau tidak, merupakan salah satu penyebab
semakin memudarnya aktivitas jual-beli di floating market ini.
Selain
itu, kepunahan pasar tradisional di daerah "Seribu Sungai" ini dipicu
oleh kemaruk budaya darat serta ditunjang dengan pembangunan daerah yang
selalu berorientasi kedaratan. Jalur-jalur sungai dan kanal musnah
tergantikan dengan kemudahan jalan darat. Masyarakat yang dulu banyak
memiliki jukung, sekarang telah bangga memiliki sepeda motor atau
mobil.
Gambar Jukung dan Kelotok
Sumber: http://viandra-onepiece.blogspot.com/2012/05/pasar-terapung.html#ixzz2X0RUvGMO
Baca Juga: http://simfoni-malam.blogspot.com/2013/06/misteri-kesenian-madihin-di-kalimantan.html
0 komentar:
Posting Komentar