ASAL MULA KERAJAAN DAHA
Nagara daha
Kisah
ini bermula dari kejadian memalukan yang dilakukan oleh Raden Sari
Kaburungan yang mengawini ibunya sendiri. Tapi karena dialah yang berhak
menjadi raja, akhirnya ia dinobatkan menjadi raja. Setahun kemudian
raja memindahkan kedudukan negara ke Muara Hulak. Kedudukan baru itu
disebut Negara Daha dan sampai sekarang ini tempat itu masih bernama
Negara (Sebuah daerah di Kab. HSS Kalsel). Di Muara Bahan dibuat sebuah
pangkalan (pelabuhan) yang kemudian ramai sekali didatangi para
pedagang.
Maharaja Sari Kaburungan itupun tetap mengikuti adat, tatakrama Kerajaan Majapahit dan menerima segala menterinya tiap hari Sabtu di Sitilohor. Tidak beberapa lama kemudian menghilanglah secara gaib Putri Kalungsu yang tinggal di Negara Dipa bersama lima ratus orang pengiringnya. Dalam waktu itu pula Lembu Mangkurat meninggal dunia (Berakhirlah kisah-kisah raja Nagara Dipa). Sebagai Mangkubumi diangkatlah putera Arya Megatsari yang bernama Arya Taranggana oleh Maharaja Sari Kaburungan, dia adalah seorang yang sangat cerdik lagi bijaksana. Aria Taranggana ini mengarang “Kutara Masaalah Tahta Nagri” yang membicarakan peraturan dan hukuman bagi orang yang benar dan salah, yang berat dan ringan, yang mati dan yang tidak, yang dirampas dan kesesuaian hukumannya yang sekarang dikenal dengan nama Kutara Aria Taranggana.
Maharaja Sari Kaburungan memerintah sama seperti zaman Maharaja Suryanata. Semua pejabat yang diganti berasal dari keturunan pejabat itu. Tahta negeri Nagara Daha mengikuti tahta negeri Majapahit. Maharaja Sari Kaburungan dan istrinya anak menteri mempunyai anak pertama bernama Raden Sukarama dan yang kedua bernama Raden Bengawan. Tidak beberapa lama kemudian Raja Raden Sari Kaburungan dan Istrinya hilang secara gaib, tahta kerajaan diturunkan kepada Maha Raja Sukarama.
Maharaja Sari Kaburungan itupun tetap mengikuti adat, tatakrama Kerajaan Majapahit dan menerima segala menterinya tiap hari Sabtu di Sitilohor. Tidak beberapa lama kemudian menghilanglah secara gaib Putri Kalungsu yang tinggal di Negara Dipa bersama lima ratus orang pengiringnya. Dalam waktu itu pula Lembu Mangkurat meninggal dunia (Berakhirlah kisah-kisah raja Nagara Dipa). Sebagai Mangkubumi diangkatlah putera Arya Megatsari yang bernama Arya Taranggana oleh Maharaja Sari Kaburungan, dia adalah seorang yang sangat cerdik lagi bijaksana. Aria Taranggana ini mengarang “Kutara Masaalah Tahta Nagri” yang membicarakan peraturan dan hukuman bagi orang yang benar dan salah, yang berat dan ringan, yang mati dan yang tidak, yang dirampas dan kesesuaian hukumannya yang sekarang dikenal dengan nama Kutara Aria Taranggana.
Maharaja Sari Kaburungan memerintah sama seperti zaman Maharaja Suryanata. Semua pejabat yang diganti berasal dari keturunan pejabat itu. Tahta negeri Nagara Daha mengikuti tahta negeri Majapahit. Maharaja Sari Kaburungan dan istrinya anak menteri mempunyai anak pertama bernama Raden Sukarama dan yang kedua bernama Raden Bengawan. Tidak beberapa lama kemudian Raja Raden Sari Kaburungan dan Istrinya hilang secara gaib, tahta kerajaan diturunkan kepada Maha Raja Sukarama.
Maharaja
Sukarama berpesan kepada ketiga anaknya agar kelak yang berhak menjadi
raja adalah cucunya Raden Samudera bukan mereka. Hal itu membuat hati
Pangeran Tumanggung gusar dan marah, karena yang menurutnya pantas
menjadi raja adalah kakaknya Pangeran Mangkubumi sebagai anak tertua
ayahnya, bukan langsung menunjuk (turun) ke cucu. Patih Aria Taranggana
menyelamatkan Raden Samudera dengan cara menghanyutkannya. Hal ini
secara implisit berimplikasi bahwa Maharaja Sukarama menginginkan agar
sepeninggalnya nanti tidak terjadi peristiwa perang saudara karena
perebutan kekuasaan antara ketiga anaknya itu.
Sepeninggal
ayahnya, Maharaja Sukarama meninggal, Pangeran Mangkubumi diangkat
menjadi raja akan tetapi mahkota yang akan digunakannya dalam penobatan
tidak sesuai di kepalanya. Begitupun juga ketika Pangeran Tumanggung dan
Pangeran Bagalung mencobanya. Sama seperti benda pusaka kerajaan tidak
dapat dibunyikan karena mereka melanggar amanat ayahnya. Kepindahan
Pangeran Bagalung ke Marabahan untuk menetap di sana sampai masa meninggalnya.
Setelah
sekian lama memerintah ahkhirnya terjadi salah paham antara Maharaja
Mangkubumi dengan Pangeran Tumanggung tentang masalah perzinahan si
Saban dengan si Harum. Atas hasutan Pangeran Tumanggung maka si saban
mau membunuh Maharaja Mangkubumi dengan keris Malila.Namun setelah si
Saban selesai melakukan pembunuhan, justru si Saban sendiri yang dibunuh
oleh Pangeran Tumanggung. Akhirnya Pangeran Tumanggung diangkat menjadi
raja, akan tetapi ketika pelaksanaan penobatannya mahkotanya tidak
dapat dipakai, dan benda-benda pusaka istana tidak dapat digunakan
(dibunyikan).
Cerita
kemudian beralih tentang pencarian dan pertemuan Raden Samudera oleh
Patih Masih dan anak buahnya setelah mendengar kabar Raden Samudera akan
dibunuh oleh Pangeran Tumanggung. Keinginan para Patih untuk menjadikan
Raden Samudera sebagai raja. Pada mulanya Raden Samudera menolak
menjadi raja, akan tetapi setelah didesak dan dibuat mabuk, Raden
Samudera pun akhirnya bersedia menjadi raja.
Pangeran
Samudera yang baru diangkat menjadi raja kemudian memerintahkan
bawahannya untuk merebut Muara Bahan. Akhirnya Pangeran Samudera dan
pengikutnya berhasil merebut Muara Bahan tanpa ada perlawanan. Lalu
Pangeran Samudera memulai membangun istana di Banjarmasih. Kemudian ia
membentuk sistem pemerintahan seperti yang pernah dilakukan Ampu Jatmaka
ketika mendirikan Nagara Dipa. Penobatan Pangeran Samudera sebagai raja
Banjarmasih dan kesiapan mereka melawan serangan Pangeran Tumanggung
dan bala tentaranya.
Setelah
mendengar bandar Muara Bahan direbut oleh kemenakannya, Pangeran
Samudera. Pangeran Tumanggungpun segera mengumpulkan bala tentara untuk
menyerang kerajaan Bandarmasih. Pertempuranpun terjadi begitu dahsyat.
Akhirnya pasukan Pangeran Tumanggung dapat dipukul mundur. Pangeran
Samudera minta bantuan Sultan Demak setelah meminta saran Patih Masih.
Cerita
selanjutnya tentang kebesaran kerajaan Majapahit di masa pemerintahan
raja Tunggul Amatung dan Patih Gajah Mada. Tunggul Amatung kemudian
melamar dan mengawini Putri Pasai. Akhirnya Putri Pasaipun hamil dan
melahirkan anak lelaki. Pada saat itulah saudara putri, Raja Bungsu
datang ke Majapahit dan iapun bersedia tinggal disana.
Raja Bungsu meminta kepada raja Majapahit sebidang tanah untuk tempat
berdiam dan membuat langgar. Raja Majapahitpun mengabulkan
permintaannya. Setelah ia diam disana maka
banyaklah orang-orang desa yang ingin masuk islam. Raja Bungsu sekali
lagi minta izin kepada raja untuk mengislamkan mereka. Permintaannya
inipun dikabulkan oleh raja. Akhirnya dimulailah pengislaman desa-desa
di sekitar tempat tinggalnya.
Diceritakan pula tentang masuk Islamnya menteri desa bernama petinggi Jipang dan anak, istri, serta keluarganya karena melihat kealiman Raja Bungsu. Petinggi Jipangpun akhirnya jadi penghulu sekaligus orang alim. Di samping cerita keluarga raja Majapahit hingga meninggalnya.
Diceritakan pula tentang masuk Islamnya menteri desa bernama petinggi Jipang dan anak, istri, serta keluarganya karena melihat kealiman Raja Bungsu. Petinggi Jipangpun akhirnya jadi penghulu sekaligus orang alim. Di samping cerita keluarga raja Majapahit hingga meninggalnya.
Tersebutlah kisah tentang Juragan Balaba, suruhan Nyai Suta Pinatih dalam perjalanannya mengantar barang dari Gresik menuju ke Bali ditengah
laut Blambangan, menemukan tabla yang berisi bayi. Iapun akhirnya
kembali menemui dan mengantar bayi itu kepada Nyai Suta Pinatih. Nyai
Suta Pinatihpun sangat senang menerima bayi itu. Bayi itupun lalu
diangkatnya anak. Nyai Suta Pinatihpun akhirnya kaya raya berkat tuah
anak itu.
Diceritakan
juga mengenai sebab-sebab keruntuhan kerajaan Majapahit, dimulainya
pengislaman pulau Jawa, dan berdirinya kerajaan Demak serta asal mula
wali Allah di Jawa. Pangeran Samudera meminta bantuan kepada Sultan
Demak agar membantu peperangan melawan Pangeran Tumanggung melalui
utusannya Patih Balit. Sultan Demak mau membantu asalkan Pangeran
Samudera mau masuk islam. Pangeran Samudera dan keempat Patihnya pun
bersedia masuk Islam. Kembali Patih Balit diutus ke Jawa untuk memberi
tahu Sultan dengan tentang kesepakatannya itu. Sepulang dari Demak Patih
Balit membawa tentara Demak sebanyak seribu orang lengkap dengan
senjatanya dan seorang penghulu untuk mengislamkan mereka.
Akhirnya
setelah berperang selama empat puluh hari tidak yang menang dan korban
yang banyak berjatuhan, bunuh-membunuh antarkeluarga. Pasukan Pangeran
Tumanggung banyak yang mati. Patih Aria Tarangganapun memberi usul agar
peperangan dilakukan satu lawan satu antara Pangeran Tumanggung dan
Pangeran Samudera, dan ia sendiri melawan Patih Masih.
Setelah
berhadapan satu lawan satu. Pangeran Samudera tidak ingin ia menjadi
durhaka karena menyerang pamannya Pangeran Tumanggung. Ia rela dibunuh
pamannya. Mendengar hal itu menangislah Pangeran Tumanggung seraya
memeluk kemenakannya itu. Perdamaian pun terjadilah.
Setelah
berhasil berdamai dengan Pangeran Tumanggung, Pangeran Samudera pun
menjadi raja Banjarmasih dan masuk Islam dengan penghulu Demak. Kemudian
pasukan Demak dan penghulu Demak pulang diikuti oleh pasukan taklukkan
Maharaja Suryanata dan Maharaja Sukarama. Aria Taranggana menjadi Patih
kerajaan Banjarmasih. Sedangkan empat patih lainnya yaitu Patih Balit,
Balitung, Kuwin dan Muhur diangkat menjadi jaksa.
Diceritakan
pula tentang silsilah keturunan Sultan Suryanullah sepeninggalnya
mangkat. Pemerintahan dilanjutkan oleh anaknya, Pangeran Rahmatullah.
Setelah beliau wafat, pemerintahan dilanjutkan oleh anaknya, Sultan
Hidayatullah. Pada masa ini Patih Aria Taranggana wafat dan digantikan
Kyai Anggadipa. Patih-patih yang lainpun menyusul wafat.
Sultan
Marhum Panambahan kemudian menyuruh Raden Rangga Kasuma membawa semua
orang suku Biaju untuk membunuh anak dan kemenakan Kyai di Podok. Si
Sarang dan pengikutnya sepuluh orang masuk islam. Setelah masuk islam si
Sarang dikawinkan Marhum Panambahan dengan Gusti Nurasa dan memperoleh
seorang anak lelaki bernama Adan Jumaat. Oleh Marhum Panambahan ia
diberi gelar Nanang Sarang.
Marhum
Panambahan dan istrinya Ratu Agung sangat mengasihi Raden Rangga
Kasuma. Akan tetapi ada saudara Ratu yang iri dengki kepadanya.
Keberhasilan siasat licik pangeran Mangkunagara memfitnah Raden Rangga
Kasuma hingga akhirnya ia dijatuhi hukuman mati oleh Marhum Panambahan
sendiri. Marhum Panambahan berusaha menghibur diri dengan bercengkrama
dan melunta di Serapat dan Aluh-Aluh serta tetap menjalankan roda
pemerintahan seperti biasa.
Diceritakan
bahwa Marhum Panambahan berniat memindahkan kerajaan Banjarmasih ke
batang Mangapan karena adanya kekhawatiran, sepeninggalnya nanti
Banjarmasih akan hancur karena banyak orang yang ingin menguasai daerah
ini. Akhirnya kerajaanpun dipindahkan karena serangan Belanda. (Awal
masuknya Belanda ke Kalsel).
Mulai
terjalinnya hubungan kerajaan Banjar di Batang Banyu dengan negeri
Pasir melalui sarana perkawinan dan terdapatnya silsilah keturunan
Marhum Panambahan serta terjadinya kasus pencurian di Martapura oleh
orang Sukadana. Kejadian itu membuat Marhum Panambahan memberikan upeti
dari Sukadana kepada si Dayang Gilang dan tidak lagi diserahkan ke
Banjarmasih. Marhum Panambahan juga menyerahkan urusan Kota Waringin
kepada Dipati Ngganding.
Diceritakan
silsilah keturunan Marhum Panambahan dari pihak cucu. Terjalinnya
hubungan kekeluargaan antara Pasir dan Banjar ketika Raden Arya
Mandalika dari Pasir kawin dengan Gusti Limbuk dari Banjar. Sejak itu
Pasir tidak lagi mengantar upeti ke Banjar. Pada saat Kyai Martasura
pergi ke Makasar, rajanya, Karaing Patigaloang memintanya agar
menyampaikan pesan kepada Marhum Panambahan untuk meminjamkan Pasir
kepadanya untuk berdagang dengan sumpah jika ada orang Makasar yang
berbuat aniaya terhadap Banjar, mudah-mudahan dibinasakan oleh Allah.
Marhum Panambahan pun setuju meminjamkan Pasir. Sejak itu Pasir dan
daerah-daerah di sekitarnya tidak membayar upeti ke Banjar. Marhum
Panambahan akhirnya melarang raja Sambas untuk mengantar upeti ke negeri
Banjar kecuali jika Marhum Panambahan sendiri menghendakinya.
Diceritakan
pula silsilah keturunan Marhum Panambahan dari perkawinan pihak cucu.
Kerajaan Banjar berkabung karena keluarga dan kerabat keluarga secara
bergantian meninggal dunia.
Marhum Panambahan mengirim utusannya ke Mataram untuk menjalin persahabatan dengan berbagai persembahan. Sepulangnya para utusan itu yaitu Pangeran Dipati Tapasana, Kyai Tumanggung Raksanagara, dan Kyai Narangbaya, selain diberi bingkisan oleh raja Mataram, mereka juga dihadiahi gundik oleh Marhum Panambahan.
Marhum Panambahan mengirim utusannya ke Mataram untuk menjalin persahabatan dengan berbagai persembahan. Sepulangnya para utusan itu yaitu Pangeran Dipati Tapasana, Kyai Tumanggung Raksanagara, dan Kyai Narangbaya, selain diberi bingkisan oleh raja Mataram, mereka juga dihadiahi gundik oleh Marhum Panambahan.
Sepeninggal
Marhum Panambahan lalu wafat maka penggantinya adalah Pangeran Dipati
Tuha. Ia dilantik dengan gelar sultan Hinayatullah atau Ratu Agung.
Marhum Panambahan meninggalkan banyak buyut. Ratu Agung Memberi gelar
kebangsawanan kepada raja-raja di bawahnya.
Cerita
keberangkatan Ratu Kota Waringin untuk memerintah daerah Kota Waringin
dan sekitarnya hingga ia harus kembali ke Banjar karena Ratu Agung
meninggal dan harus segera ada penggantinya. Pangeran Kasuma Alam
dilantik menjadi raja dengan segala kebesaran istana. Ia bergelar Sultan
Saidullah atau Ratu Anom.
Ratu
Kota Waringin memperjelas kedudukan raja sebagai kepala negara yang
langsung dipegang oleh Ratu Anom dan kedudukan perdana menteri sebagai
kepala pemerintahan yang langsung dipegang Pangeran di-Darat sebagai
Panambahan di-Darat.
Panambahan
di-Darat meninggal dunia dan digantikan Ratu Kota Waringin yang
bergelar Ratu Bagawan. Kedua orang kepala pemerintahan itu memerintah
selama lima tahun. Akhirnya Ratu Bagawan pun mengundurkan diri.
Ratu
Anom meminta persetujuan bawahannya untuk menjadikan Dipati Tapasana
sebagai kepala pemerintahan. Merekapun setuju mengangkatnya menjadi
kepala pemerintahan dengan gelar Dipati Mangkubumi.
Kehidupan
keluarga Ratu Anom hingga dirinya meninggal dunia. Setelah terlebih
dahulu Ratu Bagawan meninggal. Atas saran Ratu Hayu dan pembesar istana
lainnya maka Raden Halit (Pangeran Mangkubumi) dilantik menjadi raja
menggantikan Ratu Anom yang wafat dengan gelar Sultan Riayatullah atau
Pangeran Ratu.
Pangeran
Mas Dipati menjadi kepala pemerintahan. Terjadinya perkawinan antara
Raden Subangsa dengan Mas Surabaya, anak raja Silaparang dan memperoleh
anak bernama Raden Mataram. Raden Mataram yang piatu ini kawin dengan
Mas Panghulu, anak raja Silaparang juga yang tinggal di Sumbawa dan beroleh anak bernama Raden Bantan.
Setelah
memperbaiki perahunya, Pangeran Dipati Anom menyuruh Raden Panjang Jiwa
dan Kyai Sutajaya untuk minta bantuan Biaju menyerang Banjar karena
Pangeran Ratu hendak menyerahkan kerajaan kepada Raden Bagus. Hingga
terjadi perbedaan pendapat dan pandangan dalam menyikapi keinginan
Pangeran Dipati Anom yang ingin secepatnya menghendaki pemindahan
kekuasaan dari Pangeran Ratu kepada Raden Bagus. Silsilah keturunan
raja-raja Kota Waringin itu berasal dari kerabat raja Banjar sejak raja
Marhum Panambahan hingga Ratu Agung (Pangeran Dipati Tuha/Sultan
Hinayatullah).
di tulis Adum M Sahriadi
0 komentar:
Posting Komentar