Geografi BARITO KUALA
Kabupaten Barito
Kuala yang ber-ibukota Marabahan terletak paling barat dari Propinsi Kalimantan
Selatan dengan batas-batas: sebelah utara Kabupaten Hulu Sungai Utara dan
Kabupaten Tapin, sebelah selatan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan
Kabupaten Banjar dan Kota Banjarmasin, sedangkan sebelah barat berbatasan
dengan Kabupaten Kapuas Propinsi Kalimantan Tengah. Dengan letak astronomis
berada pada 2°29’50” - 3°30’18” Lintang Selatan dan 114°20’50” - 114°50’18”
Bujur Timur.
Kabupaten Barito
Kuala berada pada hamparan wilayah yang datar dengan kelerengan 0% - 2%, dengan
ketinggian elevasi berkisar antara 1-3 meter di atas permukaan laut.
Sebagaimana diketahui
bahwa wilayah Kabupaten Barito Kuala diapit oleh dua buah sungai besar yaitu
Sungai Barito dan Sungai Kapuas, hal ini sangat mempengaruhi tata air yang ada
di wilayah kabupaten ini, Disamping itu terdapat pula 3 buah terusan (anjir)
buatan yang menghubungkan Sungai Barito dan Sungai Kapuas yaitu Anjir Talaran,
Anjir Serapat dan Anjir Tamban. Keadaan hidrologi ini sangat dipengaruhi oleh
curah hujan dan present land use baik di daerah ini maupun di bagian hulu.
Dalam musim hujan pada waktu pasang air Sungai Barito dapat membanjiri sebagian
besar wilayah ini dan mengakibatkan permukaan tanah tergenang terus
menerus.Kapasitas pengairan alam melalui anak-anak sungai kecil sehingga
terbentuk tanah rawa. Pasang surut turut pula mempengaruhi tata air yang ada,
yang selalu bergerak naik turun mengikuti fluktuasi pasang surut air pada
Sungai Barito dan Sungai Kapuas, gerak pasang surut ini terjadi 2 kali dalam 24
jam dan setiap harinya terlambat 50 menit sesuai dengan peredaran bulan.
Perbedaan tinggi rendah permukaan air pada waktu pasang surut dapat mencapai
2-3 M, gerak pasang surut inilah yang dimanfaatkan oleh para petani untuk
menggali handil-handil (parit) pada daerah yang akan dijadikan persawahan
Secara umum daerah ini ditutupi oleh tumbuhan rawa daerah pantai ditutupi oleh
hutan bakau (Mangrove) dan sedikit ditemukan cemara laut (Cacuarina sp). Sedangkan
daerah yang masih dipengaruhi oleh air payau 1-3 Km dari pantai, di lokasi ini
banyak ditumbuhi pohon nipah dan tumbuhan lainnya adalah nibung. Tumbuhan
jingah, rambai yang tumbuh di sepanjang sungai, tumbuhan galam (Melaleuca spp)
dan purun tikus (Fimbristylis spp) terdapat pada daerah yang sifat keasamannya
antara PH 3,5-4,5 yang biasanya tumbuhan ini hidup berdampingan dan
kadangkadang diselingi oleh rumput-rumputan. Galam merupakan pohon yang amat
dominan dijumpai di wilayah ini, sedangkan hutan primier tidak ada. Jenis kayu
hutan yang lain adalah belangiran (Shorea Belangiran), tumih. Tumbuhan air
seperti enceng gondok dan rumput air yang acap kali menutupi saluran (anjir),
sehingga menghambat lalu lintas air.Di daerah ini dijumpai juga beberapa jenis
fauna yang hidup dan bisa kita temui, diantaranya beberapa jenis ikan darat
seperti ikan gabus (Ophicephalus striatus), papuyu (Anabs testudineus), sepat,
baung, patin, pipih dan lain-lain. Ikan-ikan tersebut hidup di sungai-sungai
dan saluran rawa-rawa serta sawah. Jenis reftil seperi ular sawah, biawak.
Terdapat pula salah satu jenis kera yang khas dan langka yaitu Bekantan
(Nasalis Larvatus) yang merupakan maskot fauna Propinsi Kalimantan Selatan.
Binatang mamalia lainnya adalah beberapa jenis kera, kucing hutan, beruang,
musang dan lain-lain. Binatang lain yang merupakan hama tanaman adalah tikus
dan babi hutan Jenis tanah yang diperoleh dari hasil survey eksplorasi yang
sudah ada, disini terdapat dua jenis tanah yang masing-masing adalah ORGANOSOL yakni
seluas 101.900 Ha (34%) dan tanah ALLUVIAL seluas 191.390 Ha (66%). Tanah
Organosol berwarna coklat hitam dan sering tanah ini disebut gambut atau peat
(bahan yang mudah terbakar), tanah ini terbentuk dari serat tumbuh-tumbuhan
yang mengalami proses pembusukan, sifat keasamannya sangat tinggi sehingga
kalau ingin mempergunakan tanah ini harus dengan sistem drainage.
Tanah Alluvial
berwarna coklat hijau, tanah ini terdiri dari endapat Alluvium yang bahan
induknya terutama termasuk dari pasir dan lumpur yang dibawa dan diendapkan
oleh arus sungai dari pedalaman, tanah terdapat di sepanjang Sungai Barito dan
tepi Sungai Kapuas, berupa tanggul-tanggul dan juga pada beberapa medeander
sungai. Tanah Alluvial ini menutupi areal seluas 191.390 Ha, atau lebih kurang
64% dari luas wilayah Kabupaten Barito Kuala dan merupakan daerah terbaik bagi
pertanian pasang surut.
Kemampuan tanah di
daerah ini di ketahui bawah wilayah ini tidak seluruhnya datar, yakni lereng
0,2 % sehingga merupakan daerah endapan. Keadaan effektif tanah untuk alluvial
lebih
besar dari pada 90 cm
tercatat hampir 60% - 64% dari luas wilayah, sedangkan daerah yang ketebalan
gambutnya lebih besar dari 75 cm terdapat seluas 6,74% tekstur tanah 95% liat
(halus) sedangkan drainage yang dominan yakni di daerah yang tergenang rawa,
untuk erosi tidak ada. Dari data diatas, kalau kita transparankan pada peta
penggunaan tanah dengan peta kemampuan tanah dan jenis tanah maka akan kita
lihat pada umumnya daerah yang diusahakan penduduk adalah daerah alluvial yang
digunakan pada umumnya persawahan, karena memang merupakan daerah yang cukup
subur. Pada daerah orgonosal atau gambut juga telah diusahakan dengan membuat
handil-handil atau saluran-saluran pembuangan air sehingga untuk tempattempat
ketebalan gambutnya
cukup tinggi dengan adanya handil-handil tersebut ketebalannya bisa menipis,
sehingga bisa diusahakan Kabupaten Barito Kuala terletak di garis Khatulistiwa
yang banyak curah hujannya, menurut FH. SCHMIT dan Y.A. FERGUSON dan
VARHANDELINGAN nomor 42 dari Jawatan Meteorologi dan Geofisika, wilayah ini
termasuk daerah hujan tipe b yaitu iklim yang
mempunyai 1-2 bulan
kering dalam setahun. Temperatur rata-rata antara 26° C – 27° C, suhu maksimal
adalah 27,50° C terdapat pada bulan Oktober, sedangkan suhu minimum terdapat
pada bulan Juli dengan suhu mencapai 26,50°C. Menurut penelitian angka ratarata
hujan setiap tahunnya adalah 2665 mm dengan 107 hari hujan untuk Daerah
Marabahan.
Angin pada bulan
Januari, Pebruari dan Maret berhembus dari arah Barat Laut, bulan April dari
arah Tenggara dan pada bulan Nopember, arah angin dari Barat Laut. Curah hujan
di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh iklim, geografi dan pertemuan arus
udara.
Jumlah curah hujan
selama Tahun 2009 sebesar 2.047 mm. Curah hujan tertinggi pada Tahun 2009
terjadi pada bulan Januari dan Desember yaitu sebesar 359,7 dan 334 mm.
Sedangkan curah hujan terendah terjadi di bulan September yakni sebesar 9,7 mm.
Jumlah hari hujan selama Tahun 2009 sebanyak 107 hari dengan hari hujan
terbanyak adalah di bulan Januari sebesar 19 hari. Hari hujan terjarang terjadi
di bulan Agustus dan September sebanyak 1 hari hujan.
Sumber:
http://baritokualakab.go.id/v5/index.php/selayang-pandang/geografis
0 komentar:
Posting Komentar